KEUANGAN INKLUSIF

pertumbuhan_yang_inklusif“Inklusif” istilah yang akhir-akhir ini sering didengar dalam tataran ekonomi dan keuangan di Indonesia. Bahkan Kementerian keuangan merubah visinya sebagaimana dimuat dalam blue print program transformasi kelembagaan tahun 2014-2025 yaitu “Kami akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif di abad ke-21”[1]. Ada apa dengan istilah inkusif???

Merujuk dari laman resmi Bank Indonesia[2], menyebutkan bahwa istilah inklusif atau lebih tepatnya financial inclusion/ inklusi keuangan menjadi populer setelah era krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang diakibatkan karena krisis subprime mortgage yang terjadi di AS.  Subprime mortgage yang dikhususkan pada kelompok ekonomi berpendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, serta kaum buruh yang tidak mempunyai dokumen legal sebagai kelompok yang unbankable yang pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya krisis tersebut. Tidaka hanya itu, krisi tersebut dipicu juga oleh berbagai kemudahan akibat deregulasi kebijakan perbankan dan berbagai macam kebijakan sekutirisasi oleh lembaga keuangan di AS.

Tidak hanya di AS, jumlah kelompok bankable juga sangat tinggi di negara berkembang dan tentunya membutuhkan bantuan dari pemerintah, namun diharapkan campur tangan pemerintah tidak menjadi blunder yang akhirnya ikut menjani penyebab krisis seperti yang pernah terjadi di tahun 2008 tersebut. Oleh karena itu, sebagaimana kesepakatan dalam pertemuan G20 di Pittssburg tahun 2009 telah disepakati untuk dilakukan pengembangan keuangan yang inklusif untuk mengakomodir kelompok unbankable tersebut. Kemudian dalam pertemuan G20 di Toronto tahun 2010 kembali dipertegas mengenai keuangan inklusif dalam bentuk 9 Prinsip untuk Keuangan Inkusif yang inovatif.

Sembilan prinsip sebagai pedoman dalam pengembangan keuangan yang inklusif antara lain leadership, diversity, innovation, protection, empowerment, cooperation, knowledge, proportionality dan framework.

Sejak adanya kesepakatan Pittssburg dan Totonto tersebut kemudian banyak negara dan lembaga-lembaga internasional yang fokus pada keuangan yang inklusif termasuk Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ulasan strategi nasional keuangan inklusif di Indonesia dapat dibaca dari tautan berikut ini

Strategi Nasional Keuangan Inklusif – Badan Kebijakan Fiskal: http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/2013%5Cpublikasi%5Cpkrb%5CFinancial%20Inclusion%20(SNKI).pdf

Booklet Keuangan Inklusif – Bank Indonesia :

http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/edukasi/Contents/Buku%20Saku%20Keuangan%20Inklusif.pdf

[1] http://www.kemenkeu.go.id/Page/visi-dan-misi

[2] http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/indonesia/contents/default.aspx

Tagged , , , , | Leave a comment

TEORI W GAYA MANAJEMEN KOREA

Korea Selatan sebagai negara berkembang dan sedang tumbuh secara terus menerus harus memiliki teori dan falsafah manajemen yang unik agar tidak terombang﷓ambing di antara teori perekonomian Amerika yang telah maju melalui perkembangan industri dan gaya manajemen Jepang dengan gerakan Quality Control melalui pengurangan biaya dan sistem produksi Just﷓In-Time. Prof. Myun W. Lee yang disebut sebagai bapak industri Korea Selatan, sebagai pencetus Teori W, mengemukakan bahwa agar suatu negara dapat berkembang dan tumbuh terus menerus, maka negara tersebut karus memiliki falsafah manajemen sendiri dan memiliki pola pikir yang dapat bersaing dengan negara maju. Negara tersebut harus menentukan pola perkembangan industri yang berdasarkan latar belakang kultural, historis, ciri khas masyarakat dan sumberdaya alam yang unik supaya bisa diakui sebagai negara yang mandiri. Strategi pengembangan industri Korea Selatan dalam menghadapi perkembangan industrialisasi negara Amerika dan Jepang dilukiskan secara simbolik dalam cerita perlombaan kelinci dan kura-kura dan perlombaan sapi, tikus dan lebah.

  1. Perlombaan antara Kelinci dan Kura-Kura

Kebijakan industri Korea Selatan telah mendapatkan adanya kecenderungan lain bahwa kelinci yang dikenal banyak tidur saat ini sudah tidak mau tidur lagi, tapi selain berlari cepat, juga menggali lubang dan memasang kawat berduri agar kura-kura tidak bisa mengejarnya. Seperti yang dilakukan di negara maju saat ini dengan pengalihan isu perlindungan ozon, pembatasan emisi karbon dioksida pada perjanjian Rio de Janeiro, Korea Selatan mengalami imbas dengan pengalaman krisis energi dan krisis industri elektronika.

Agar kura-kura bisa menang, maka kura-kura harus dapat memasukkan kaki dan tangan ke dalam kerangnya dan berani menjatuhkan diri dengan berguling sampai ke jurang di bawah yang nantinya akan dilalui kelinci. Jika industri Korea Seatan ingin memenangkan persaingan, Korea Selatan harus dapat mengumpulkan kemampuan dan meramalkan gerakan arah perkembangan teknologi di luar negeri, melakukan usaha-usaha kreatif dan membuat strategi efektif untuk mendorong usaha itu. Korea Selatan memulai usahanya dengan pengembangan proyek Hi-Touch.

  1. Perlombaan antara Sapi, Tikus dan Lebah

Setelah pengembangan teknologi Hi-Touch di Korea Selatan, pengembangan teknologi tinggi di Amerika juga mengalami perkembangan yang dapat diumpamakan sebagai sapi yang berlomba lari dengan tenaga besar, sedangkan teknologi Jepang, yang dalam pengembangan produknya sering menerapkan teknologi tinggi yang dikembangkan oleh Amerika, diumpamakan seperti tikus yang selama perlombaan duduk di atas kepala sapi dan ketika mendekati garis finish, tikus langsung melompat ke depan untuk tiba di garis finish terlebih dahulu dan memenangkan perlombaan.

Korea Selatan harus dapat menciptakan strategi pembangunan industri sendiri. Korea Selatan diumpamakan sebagai lebah yang duduk di kepala tikus, yaitu tikus yang duduk di kepala sapi, serta memiliki hubungan baik dengan sapi dan tikus. Sejalan dengan Teori W, Korea Selatan membiarkan Jepang mengembangkan produk dengan teknologi tinggi hasil pengembangan Amerika, namun Korea Selatan mengembangkan produk Hi-Touch yang memenuhi permintaan potensial konsumen dengan menambah kreativitas dan ciri khas budaya bangsa Korea Selatan pada produk teknologi tinggi itu.

Amerika berhasil menemukan super-conductor pendinginan nitrogen cair, namun tidak berhasil dalam menerapkannya pada model kereta api bantalan udara dengan levitasi magnetis (magnetic levitation). Jepang mengambil teknologi levitasi tersebut dan menjalankan kereta api magnetic levitation pertama dunia. Sebaliknya, Korea Sekatan tidak mengembangkan super conductor, tetapi mengembangkan kompor electronik yang dilengkapi dengan sensor suara, atau remote control dengan kecerdasan buatan yang bisa mengoperasikan 4 alat elektronik sekaligus, atau telepon teknologi tinggi berkomputer untuk meningkatkan efisiensi kerja kantor. Penemuan-penemuan tersebut, Permintaan produk-produk kreatif bercirikan budaya Korea Selatan pada industri-industri saat ini sangat potensial mendatangkan revenue yang sangat besar.

Referensi:

Sutrisno. Strategi Budaya, Terapan Psikologi, dan Falsafah Manajemen Menjadi Landasan Karakteristik Kebijakan Proses Industrialisasi Negara-Negara Industri Baru. Jurnal Mesin dan Industri vol. 3 No. 1 Ed. Januari 2006 p.57.58. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

http://www.fkkbatlaoet20.tripod.com/duis.html di akses tanggal 22 Februari 2013

Posted in Paper | Tagged , , , , , , | Leave a comment

DUA BELAS HUKUM EKONOMI JARINGAN

Dua belas hukum ekonomi jaringan yang dikemukan Kevin Kelly memberikan 4 pengaruh besar dalam program restrukrurisasi secara global di era internet. Kelly berpendapat bahwa kemakmuran berasal dari adanya inovasi bukan berasal dari optimalisasi. Kemakmuran bukan diciptakan dengan pengetahuan/wawasan yang sempurna namun diciptakan karena keterbatasan/hamabtan dalam pengetahuan yang akhirnya mendorong terciptanya inovasi. Kemudian langkah yang paling yang ideal untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan adalah dengan menggunakan kemampuan otak dan memperkuat jaringan. Selain itu, untuk mengalahkan keterbatasan tersebut adalah meninggalkan pengetahuan itu sendiri. Siklus terjadinya penemuan, pemeliharaan dan lenyap-nya sebuah pengetahuan dapat terjadi secara cepat dan intensif. Berdasarkan pendapat tersebut, Kevin Kelly mengemukakan 12 Hukum Ekonomi Jaringan (12 Principles of the Network (new) Economy) untuk memperkuat jaringan ekonomi di era internet sebagai berikut:

  1. The Law of Connection.

Agar ekonomi menjadi besar diperlukan adanya kelompok dan jaringan karena jika dilakukan secara individual akan mudah rapuh. Dengan membuat jaringan dan kelompok, kekurangan yang dimiliki oleh anggota dapat ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki oleh anggota lainnya.

  1. The Law of Plentitude.

Nilai Jaringan membesar mengikuti kuadrat jumlah anggota. Semakin banyak anggota jaringan maka nilai jaringan tersebut akan semakin besar sehingga memerlukan kontrol yang lebih ketat.

  1. The Law of Exponential Value.

Nilai jaringan mengikuti hukum bunga-berbunga (eksponensial). Semula bergerak secara perlahan, mulai berkembang dan kemudian meledak. Jaringan yang semakin besar akan terus berkembang seperti perhitungan bunga majemuk, karena jumlah anggota yang semakin banyak akan mengembangkan jaringan-jaringan baru.

 

  1. The Law op Tipping Point.

Penularan epidemik hanya disebabkan oleh jumlah yang cukup kecil, sehingga risiko menjadi korban akan semakin besar. Dengan begabung ke dalam kelompok dan jaringan, risiko untuk menjadi korban dari penularan epidemik dapat dicegah karena sebelum terjadi penularan dimungkinkan memperoleh perlindungan dari sesama anggota jaringan.

  1. The Law of Increasing Return.

Apabila nilai jaringan meledak karena jumlah anggota yang besar makan dengan mudah akan menarik anggota baru untuk bergabung dalam jaringan. Seperi Facebook, Google, dan Blackberry, semakin besar nilai jaringan akan meningkatkan pengaruh dan menjadi trend di masyarakat, dan jika telah menjadi trend maka maka akan semakin mudah orang lain untuk bergabung dan menjadi anggota serta mengembangkan jaringan semakin besar.

  1. The Law of Inverse Pricing.

Semakin lama, kualitas produk akan semakin baik dari segi mutu dan semakin murah. Dengan berjalannya waktu, akan muncul learning time dengan sendirinya sehingga kekurangan-kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki dengan mudah dan semakin banyak muncul produk inovatif.

  1. The Law of Generosity.

Semakin besar jaringan maka persediaan yang dimiliki juga semakin besar, dan tidak menjadi sesuatu yang material jika melakukan pemberian secara gratis kepada individu lain.

  1. The Law of the Allegiance.

Jaringan yang semakin berkembang akan mempunyai tipe anggota yang sangat beragam, sehingga sesama anggota akan saling berbagi dan saling menutupi kekurangan dengan tujuan untuk mengembangkan jaringan menjadi besar dan di dalam jaringan tidak ada batasan antara pemimpin dan anggotanya.

  1. The Law of Devolution.

Dalam setiap siklus terbentuknya jaringan akan mengalami pasang surut, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran jika suatu jaringan mengalami kemunduran dan digantikan oleh jaringan baru yang dapat berkembang sesuai dengan keinginan masyarakat.

  1. The Law of Displacement.

Jaringan membesar tanpa batas dan akhirnya terjadi ketidak-seimbangan yang akan memunculkan jaringan-jaringan baru dan akan berulang dalam setiap siklusnya.

  1. The Law of Churn.

Perubahan dan ketidakseimbangan akan bergerak terus secara dinamis sehingga inovasi dan ide baru selalu ada untuk menggantikan produk-produk lama.

  1. The Law of Inefficiencies.

Jika terjadi ketidakefisienan, lebih baik mencari peluang yang lain karena jika kekurangan yang dimiliki oleh jaringan sulit untuk ditutupi dan ditanggulangi sebaiknya berusaha untuk mencari peluang dan kesempatan baru yang dapat menjadi kelebihan dengan pertimbangan biaya yang lebih murah.

Referensi:

sutrisno2010.blogspot.com diakses tanggal 16 Februari 2013

http://www.valuebasedmanagement.net/methods_kelly_twelve_principles_network_economy.html di akses tanggal 16 Februari 2013

Leave a comment

GAME THEORY DALAM FILM “ A BEAUTIFUL MIND”

Film A Beautiful Mind mengisahkan seorang matematikawan John Nash (Russel Crowe) peraih nobel dalam bidang ilmu ekonomi pada tahun 1994. John Nash adalah seorang matematikawan jenius tapi tak simpatik dan agak apatis. Dimulai tahun 1947 ketika John Nash bersekolah di perguruan tinggi Princeton dengan mendapat beasiswa Camiege. John Nash merupakan mahasiswa yang unik, John Nash tidak menyukai perkuliahan dan suka membolos, karena menurutnya berkuliah hanya membuang waktu saja dan mengekang kreativitas seseorang, dan hanya membuat otak menjadi tumpul. John Nash lebih suka belajar secara otodidak, memahami dan memecahkan dinamika pergerakan natural melalui pemikirannya sendiri yang sangat kreatif. John Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinil untuk meraih gelar doktomfa. Akhirnya dia berhasil diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.

Di lain sisi John Nash mengidap penyakit gangguan jiwa skizofrenia yaitu suatu gangguan jiwa dimana penderitanya tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan. Sebenarnya penyakitnya tersebut sudah dideritanya sejak dia berada di Princeton, namun semakin parah ketika John Nash mengajar di MIT. Hidup John Nash mulai berubah ketika diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Soviet. Di sana, John Nash bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia tersebut, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat John Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.

Game theory adalah cabang matematika terapan yang sering dipakai dalam analisis ekonomi. Teori ini mempelajari interaksi strategis antar pemain. Game Theory menganalisis interaksi sosial manusia menggunakan suatu model strategi permainan. Model ini memakai analisis matematika untuk membantu memahami pilihan strategi yang perlu diambil oleh setiap pemain. Sebagaimana suatu permainan, setiap pemain ingin menang, karena itu dia harus mengambil keputusan yang terbaik, yang akan membawa kemenangan baginya.

Walaupun game theory sudah diformulasikan sejak lama, tapi baru dalam dekade terakhir, model ini banyak mendapatkan perhatian. Hal ini sejalan dengan keberhasilan game theory, terutama di dunia bisnis dan politik, sebagai alat analisis mengapa suatu keputusan diambil, dan bagaimana suatu strategi dijalankan. Hal lain yang membuat game theory makin populer adalah keberhasilan para tokoh-tokohnya dalam memenangkan Nobel dalam bidang Ekonomi: seperti John Nash, pemenang nobel tahun 1994, Thomas C. Schelling dan Robert J Aumann, pemenang nobel tahun 2005 serta Leonid Hurwicz, Eric Maskin dan Roger Myerson, pemenang nobel tahun 2007. Mereka dianggap sebagai tokoh yang membuat terobosan baru dalam menggunakan dan mengembangkan game theory dalam analisis ekonomi.

KESEIMBANGAN NASH

Pada prinsipnya, konsep game theory kurang lebih sama dengan yang dalam film ”Beautiful Mind” yang merupakan salah satu film terbaik. Dalam film tersebut, John Nash menemukan idenya saat ia tertarik pada seorang gadis di kafe. Nash berpikir, kalau ada sejumlah laki-laki yang baku hantam satu sama lain untuk memperebutkan hati seorang gadis, bisa jadi kisah mereka akan berakhir di rumah sakit tanpa ada satu priapun yang mendapatkan si gadis. Olehkarenanya, menurut Jphn Nash masing-masing pria akan menjalankan strategi tertentu yang jitu untuk memikat si gadis. Jika si gadis menyukai bunga atau puisi atau musik, strateginya adalah membawakan seikat bunga atau menuliskan puisi atau menyanyikan sebuah lagu. Namun, selain perlu tahu kesukaan si gadis, si pria juga harus memperhatikan strategi pesaingnya. Seandainya pria lain sudah membawakan bunga, maka ia harus datang dengan puisi atau musik. Lantas, ketika ia datang dengan puisi, si pesaing pun akan mengatur strategi baru; mungkin datang dengan musik. Demikian seterusnya, hingga masing-masing akan menemukan satu strategi yang ia anggap terbaik sebagai respons atas strategi yang dijalankan orang lain. Kondisi ini yang dalam teori ekonomi dikenal dengan Keseimbangan Nash

Referensi:

Peranan Matematika dan Ekonometrika dalam memahami Ilmu Ekonomi diakses dari http://staff.ui.ac.id/internal/130702173/material/RingkasanPidatoPengukuhan.Nachrowi.Dec9.pdf pada tanggal 18 April 2013

Sinopsis, Diagnosis, dan Treatment dari film a Beautiful Mind di akses dari  http://raudhahkhairiyahangkat.blogspot.com/2011/10/sinopsis-diagnosis-dan-treatment-dari.html pada tanggal 18 April 2013

Leave a comment

ERGONOMIC

Definisi ergonomi sangat bervariasi namun menurut International Labour Organization (ILO)  mendefinisikan  ergonomi  sebagai  penerapan  ilmu  biologi  manusia  sejalan  dengan  ilmu  rekayasa  untuk  mencapai  penyesuaian bersama  antara pekerjaan  dan  manusia  secara  optimum  dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi  dan  kesejahteraan. Dari berbagai macam pengertian ergonomi, secara garis besar ergonomi dikaitkan dengan human factors engineering dan human centered design. Ergonomi sanagat erat kaitannya dalam berbagai bidang diantaranya teknik industri, teknik mesin, safety engineering, occupational safety health, SDM, bioteknologi, kedokteran, priskologi yang semuanya fokus pada karakteristik fisik dan non fisik manusia dalam kaitannya dengan design.

Salah satu yang dipelajari dalam ergonomi adalah bagaimana pekerjaan dilakukan agar sesuai dengan kondisi alamiah manusia. Ergonomi sangat penting untuk dipelajari karena dapat menghindari terjadinya cepat lelah dan cedera otot yang dapat mempengaruhi kenerja karyawan. Hal paling mendasar dalam ergonomi adalah mengupayakan agar sikap badan selalu dalam posisi atau mudah kembali dalam posisi netral yaitu posisi yang memeberikan sikap relax pada otot.

Banyak faktor yang dapat diketahui dengan mempelajari ergonomi. Standar atau aturan jika bekerja dengan cara berdiri harus diketahui dan disosialisasikan kepada pekerja. Perancangan kerja harus selalu memeperhatikan faktor ergonomi sebagai salah satu identifikasi dan penilaian risiko bahaya yang diakibatkan adanya kesalahan dalam sikap kerja.

Referensi:

ergonomi-fit.blogspot.com/2011/12/ergonomi-adalah.html diakses tanggal 25 Februari 2013

qhseconbloc.wordpress.com/2012/05/08/ergonomi/ diakses tanggal 25 Februari 2013

Leave a comment

SIX SIGMA

Six Sigma pertama kali diperkenalkan oleh Carl Frederick Gauss dan dikembangkan oleh Walter Shweart pada tahun 1920. Six Sigma merupakan pengganti Total Quality Management (TQM) yang selama ini memprioritaskan pengendalian kualitas untuk menghilangkan cacat produksi dan efisiensi waktu produksi dan penghematan biaya produksi. Six Sigma sendiri merupakan suatu strategi yang fokus pada kepuasan pelanggan melalui model Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC). Keberhasilan penerapan six sigma sangat tergantung pada kemampuan fundamental  organisasi untuk memecahkan masalah.

Define merupakan fase menetukan masalah, menetapkan requirement yang diinginkan pelanggan dan mengetahui citrical to quality. Alat yang digunakan adalah cause and effect chart, pareto chart yang akan menghasilakan identifikasi masalah dan prrioritas masalah yang harus dapat diselesaikan. Aspek yang digunakan dalam penetuan masalah harus memenuhi kriteria spesifik, dapat diamati, dapat diukur dan dapat dikendalikan. Kemudian dilakukan identifikasi Voice of Customer (VOC) untuk menilai kinerja proses apakah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan customer. Untuk menilai VOC digunakan diagram kano yang menggunakan spesifikasi pelanggan dalam 3 tipe yaitu must be, performance dan delighter. Setelah semua variable terukur dan dapat dinilai maka akan menjadi standar/karakterisrik produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan baik internal maupun eksternal atau yang disebut critical to quality.

Fase measure digunakan untuk mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y). yang diukur adalah kinerja saat ini melalui analisas sistem pengukuran yang digunakan. Permasalahan yang timbul adalah muncul varian pengukuran yang timbul dari produk ataupun varian yang timbul akibat kesalahan pengukuran. Kemudian dilakukan analisis kapabilitas proses untuk menilai dan membandingkan kinerja proses dengan spesifikasinya. Suatu proses dianggap memiliki kapabilitas jika memenuhi nilai variable yang mungkin dalam batas spesifikasi.

Analyze adalah fase menganailis faktor faktor penyebab masalah/cacat (X). Pareto chart digunakan untuk menganalisa prioritas masalah yang ahrus ditangani melalui aturan peneglompokan 80/20. 20% kecacatan proses/produk akan menimbulkan 80% masalah. Selain itu dapat digunakan cause and effect chart (fishbone diagram) yang berguna untuk mengorganisasikan hasil informasi brainstorming dari sebab-sebab suatu masalah. Untuk menentukan faktor kausatif dan mencari perbedaaan yang signifikan anatara data awal dengan data setelah perubahan (improvement) dapat digunakan uji hipotesis rata-rata.

Improve merupakan fase untuk meningkatkan proses X dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat. Dalam fase pengembangan digunakan uji design of experiment (DoE) yang dilakukan dengan mengubah variabel faktor senhingga peneyebab perubahan apda variabel respon dapat diketahui.

Control merupakan fase evaluasi atas kinerja proses (X) dan menjamin agar cacat tidak muncul kembali. Alat yang digunakan adalah control chart yang berfungsi untuk mengurangi variabilitas, memonitor kinerja dan memungkinkan adanya proses koreksi untuk mencegah penolakan.

Fokus implementasi six sigma adalah perbaikan pada isue biaya, cycle time yang menjadi permasalahan dalam TQM. Di dalam six sigma tidak digunakan ISO 9000 dan malcolm baldrige criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yang terukur.

Faktor-faktor yang menentukan dalam keberhasilan six sigma adalah sebagai berikut:

  1. Dukungan dari tip level manajemen.
  2. Tim yang hebat
  3. Pelaksanaan training yang berbeda dengan yang biasanya diselenggarakan oleh perusahaan
  4. Penggunaan alat ukur dengan menggunakan defects per million opportunities yang berhubungan dengan critical to qulaity yang diukur berdasarkan persepsi customer yang dapat dibandingkan kinerja antar departemen dalam satu perusahaan.
  5. Tradisi baru berupa promosi usaha untuk melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus.

Proses implementasi six sigma di awali dengan pembuatan keputusan manajemen untuk terlibat dalam upaya tersebut, kemudian dilaksanakan seminar eksekutif untuk memperoleh peran pribadi masing-masing eksekutif kemudian dipilih ‘champions” untuk diberikan kursus metode dasar six sigma. Tim tersebut akan bekerja keras untuk melakukan perbaikan proses.

Referensi: id.wikipedia.org/wiki/six-sigma di akses tanggal 25 februari 2013

Leave a comment

KAIZEN

Kaizen merupakan istilah Jepang yang berarti continuous improvement. Kaizen pertama kali dipopulerkan oleh Masaki Imai melalui buku Gemba Kaizen di tahun 1986. Kaizen merupakan mindset atau pemikiran agar orang dapat berpikir dan berusaha lebih baik dengan apa yang sudah dimiliki. Implementasi kaizen di dalam organisasi fokus pada perbaikan secara berkesinambungan yang melibatkan seluruh karyawan, manajemen tingkat bawah sampai atas. Manajemen menurut kaizen memiliki dua peranan fungsi yaitu sebagai pemerliharaan dan perbaikan. Pemeliharaan yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan teknologi, sistem manajemen dan standar operasional sehingga standar yang telah di tetapkan dapat dipatuhi oleh seluruh karyawan. Perbaikan difokuskan pada kegiatan yang dapat meningkatkan kepatuhan terhadap standar yang sudah disusun. Kaizen bersifat perbaikan kecil yang berkesinambungan yang diupayakan pada manusia, moral, komunikasi, pelatihan, kerja sama, pemberdayaan dan disiplin diri yang berdasarkan pada akal sehat dan biaya rendah.

Tujuan penerapan kaizen adalah quality, cost, delivery. Perusahaan tidak akan mampu bersaing jika kualitas produk yang dihasilkan serta pelayanan yang diberikan tidak memadai. Selain kualitas produk yang diutamakan, kualitas proses menjadi faktor penting untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Menurut kaizen, setiap proses harus disempurnakan agar memberikan output yang meningkat. Proses yang baik akan menghasilkan hasil yang baik.

Tahapan penerapan Kaizen yang berkesinambungan dalam organisasi menggunakan siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA). Plan yaitu penetapan target untuk perbaikan dan perumusan rencana untuk mencapai target tersebut. Do, tahapan implementasi atas rencana yang telah disusun. Check merupakan kegiatan pemeriksaan atas semua prosedur yang telah diimplementasikan untuk memastikan rencana yang telah disusun dapat terlaksana. Tahapan terakhir adalah act yaitu evaluasi atas tiga tahapan sebelumnya dan pemilihan alternatif jika terjadi masalah dalam rencana awal. Pada tahan act berfungsi sebagai sarana perbaikan atas rencana yang tidak sesuai dengan implementasinya. Proses pemecahan masalah tersebut didukung dengan tersedianya data yang terintegrasi dan relevan agar tercipta solusi yang efektif.

Dalam proses kaizen terdapat dua jenis konsumen antara lain konsumen internal dan ekternal. Konsumen internal merupakan proses itu sendiri sehingga proses dalam organisasi harus diperlakukan seperti konsumen sesungguhnya. Konsumen eksternal adalah konsumen yang sesungguhnya yaitu konsumen yang berada di dalam pasar baik secara individu maupun oirganisasi. Diharapkan dengan metode kaizen yang dilaksanakan melalui tahapan PDCA dapat memberikan Quality, Cost dan Delivery yang efektif sehingga dapat memuaskan konsumen yang berpengaruh pada kenaikan profit organisasi.

Referensi:

id.wikipedia.org/wiki/kaizen diakses tanggal 25 Februari 2013

http://www.andaluarbiasa.com/kaizen-dapat-membuat-anda-luar-biasa di akses tanggal 25 Februari 2013

Leave a comment